Selasa, 26 Juli 2011

Padang Bay, Kuta Beach, GWK, 7 November 2010

Pelabuhan Padang Bay pagi ini begitu cantik. Semburat orange di timur berpadu dengan laut yang bergelombang membuat pamandangan semakin elok dipandang, apalagi dihadapan sebelah barat terhampar Gunung Agung tepat dibelakang pelabuhan dengan kabut tipis yang berkesan mistis. Saya akan menghabiskan hari selanjutnya di Bali setelah sebelumnya di Lombok untuk mengunjungi Rinjani.
Mendekati Garis Pantai
Setelah kapal merapat, masih dengan personel yang sama kami segera mencarter mobil menuju Denpasar. Kami akan kembali ke rumah Karees di dekat Lapangan Renon. Perjalanan pagi ini dengan cuaca Bali yang 180˚ berbeda saat saya di Lombok kemarin, cerah.
Pagi Padang Bay
Sesampainya di Lapangan Renon, ternyata jalan ditutup, Car Free Day. Terpaksa dalam keadaan setengah sadar kerena tertidur cukup lelap kami harus berjalan cukup jauh menuju rumah Karees. Kami menjadi perhatian orang – orang disana, dan nampaknya mereka sudah terbiasa melihat turis dengan bawaan keril besar. Dan saat ini kami yang jadi turis.
Saat di rumah Karees kami segera berbenah, dan Ade ternyata pulang terlebih dahulu karena pesawat yang ia tumpangi akan terbang 1,5 jam lagi. Setelah berpamitan, Karees yang antar sampai ke Ngurah Rai. Sedangkan kami tetap di rumah, istirahat. Siang nanti kami akan ke Kuta sebelum mengantarkan Ngguh, Bram, Alex dan Furqon ke Ngurah Rai untuk kembali ke Jakarta. Semoga saja jalanan tidak ramai.

Cukup istirahat, Karees-pun telah kembali, saat itu ada Om Fikri teman Karees selama kuliah ikut menemani. Sedikit berbagi cerita menarik dengan mereka sebelum kami pergi untuk mengantar Ngguh Cs kembali ke Jakarta. Kami juga sempat memantau keadaan Merapi yang kami dengar sewaktu di kapal tadi malam telah memuntahkan wedhus gembelnya yang menyapu beberapa desa di kaki-kakinya. Tersentuh.

Hari sudah menjelang sore, saatnya kami pergi mengantarkan Ngguh CS ke Bandara. Sempat mampir ke Kuta namun hujan membuyarkan rencana bermain di pantai. Belum lagi macet yang sangat mengganggu. Cukup menguras banyak waktu tidak penting di jalan.

Kuta sore itu, entah karena hujan atau karena faktor lain begitu kotor, sangat berbeda saat 5 tahun lalu saya berkunjung. 5 tahun lalu saya berkunjung Kuta masih bersih, rapih dan tidak terlalu ramai, masih nyaman untuk dikunjungi. Kuta yang merupakan pantai paling favorit di Bali serta salah satu pantai dengan ombak terbaik untuk berselancar. Dahulu juga belum banyak hotel – hotel besar yang berdiri di samping Kuta, namun saat ini padat tak bergerak. Kuta yang saat ini saya lihat bukanlah wajah terbaiknya.
Ombak Kuta
Tidak puas melihat Kuta ditambah gerimis yang masih saja membasahi Bali, kami segera mengantarkan Ngguh CS ke Ngurah Rai. Waktu mereka semakin sempit di Bali. Saat sampai di Bandara saja waktu check in mereka hanya tinggal beberapa menit. Tetapi perjalanan mereka akan tertunda karena faktor X, selain itu berdasarkan informasi mereka akan transit di Surabaya terlebih dulu sebelum akhirnya sampai ke Jakarta.  Kasihan.

Setelah mengantar ke Bandara Ngurah Rai, mobil yang kami tumpangi, Angga, Rikky, Andre, Karees dan saya yang dikendarai oleh om Fikri yang baik hati melaju ke Garuda Wisnu Kencana. Ingin melihat mistisnya GWK malam hari dan sejauh mana pembangunannya setelah 5 tahun tidak berkunjung ke sana. Mungkin malam itu memang malam liburan, jalanan macet. Hanya menjelang GWK saja jalanan cukup lancar untuk dilalui.
Replika Garuda Wisnu Kencana
GWK sendiri yang terletak di Unggasan, Jimbaran Bali merupakan replika patung Dewa Wisnu yang menunggangi Garuda. Bila telah selesai dan menjadi satu kesatuan patung yang utuh, GWK akan menjadi patung terbesar di dunia dengan jarak pandang mencapai 20 KM yang mempunyai ketinggian 75 meter dan lebar 60 meter. Liberty di USA akan kalah dengan GWK di Bali.
Wisnu
Kepala Garuda
Patung Dewi
Sampai di GWK ternyata kami ketinggalan pertunjukkan menarik dari sekelompok penari kecak hanya terlewat beberapa menit. Kami hanya menikmati GWK yang disinari lampu temaram. Belum ada pembangunan berarti kecuali penambahan fasilitas outbond. Sisanya masih sama seperti dulu. Berbincang malam tentang banyak hal di GWK sekaligus melepas lelah, berkesperimen dengan foto mode malam cukup menarik untuk dicoba. Puas di GWK kami segera kembali ke Denpasar untuk istirahat. Jalanan yang sepi membuat kami cepat sampai, setelah gagal mengajak Karees dan yang lainnya berkunjung ke club. Esok akan menjadi hari yang baik untuk menikmati pantai Bali.


-----------------
Kunjungan terbaik ke Bali pada bulan April - Oktober, dimana matahari bersinar terang dengan langit biru dan ombat di setiap pantai di Bali akan memanjakan anda. ^sebelum perubahan iklim^
-----------------
Pertunjukan Seni Budaya di GWK diadakan pada hari - hari tertentu, diharapkan pengunjung sudah mengetahui jadwal pertunjukan sebelum berkunjung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar