[Makassar, 1 Maret 2011] Makassar pagi ini diguyur hujan deras. Mungkin bingung kenapa tiba - tiba saya sudah sampai di Makassar, padahal kemarin lusa saya baru saja turun dari Latimojong. Baiklah saya jelaskan, kemarin kami bertiga telah kembali dari Baraka pagi – pagi sekali. Kami sudah mengagendakan untuk berkunjung ke Tanjung Bira setelah ke Toraja kami tunda. Seperti perpisahan pada umumnya, ada rasa haru menyeruak ketika meninggalkan Baraka, pasti kami akan merindukan keramahannya. Keramahan Anti, Khalid yang tak sempat bertemu setelah kami sukses di Latimojong, Ibu, dan penduduk lokal yang sangat baik. Kami pasti akan rindu.
Ketika kami sampai di Makassar kami disambut oleh keluarga Nesa. Dan malamnya kami dibawa berputar – putar kota Makassar sekaligus mengunjungi keluarga Nesa yang lama tak bertemu. Menyenangkan.
Masih dengan suasana dingin kota Makassar, yang menurut paman Nesa ini jarang terjadi. Pagi ini kami akan mengunjungi pantai Tanjung Bira yang terletak di ujung selatan provinsi Sulawesi Selatan. Tepatnya di kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Untuk menuju ke Tanjung Bira diperlukan waktu normal 3 jam. Namun karena jalan menuju Bulukumba sedang dalam perbaikan, kami menghabiskan waktu hingga 4,5 jam.
|
Ikon Bulukumba |
Kami berangkat setelah menyantap sarapan yang enak. Jarak yang akan kami tempuh sekitar 200 km dari pusat kota Makassar. Perjalanan panjang yang menyenangkan pastinya. Kami akan melewati 4 kabupaten yang terhubung oleh jalur TransSulawesi. Sawah, pantai, gedung – gedung serta rumah – rumah panggung akan banyak ditemui di jalur ini.
Begitu memasuki kawasan Bira, kita akan melewati beberapa jalur bercabang yang tujuannya ke berbagai tujuan wisata pantai. Banyak pantai yang terdapat di kawasan terpadu Bira ini, tetapi tujuan kami tetap pantai Tanjung Bira yang tersohor akan pasir putih dan tebing karang yang indah. Sampai di pintu masuk pantai, kita akan diminta untuk membayar retribusi seberar Rp. 5000,-. Akan terlihat banyak bangunan – banguan cotage berjejer rapi dengan mural – mural yang indah di sepanjang jalan menuju pantai.
Ketika tiba di tepi pantai, pemandangan yang terlihat langsung laut lepas ditambah dengan deburan ombak yang eksotis. Jika kita melihat pantai ini dari titik parkir, sebelah kanan adalah pantai pasir putih dengan garis pantai yang amat panjang, dan di sebelah kiri adalah pantai dengan tebing karang yang indah. Saat kami datang air laut sedang pasang, sehingga kami tak bisa turun ke bawah karang.
|
pantai karang dengan cotage |
|
garis pantai dengan gulungan ombak bira |
Pasir putih yang lembut seperti gula halus disertai dengan semilir angin dan yang terpenting pantai ini sangat sepi. Walaupun pantai ini lebih terkenal oleh turis asing daripada turis domestik, tidak membuat pantai ini kehilangan sentuhan tradisi khas Sulawesi Selatan. Pengelola pintar dalam mempertahankan kearifan lokal. Saya rasa ini yang dibutuhkan penyedia jasa wisata di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar